MONUMEN POTLOT |
The One - Bicara mengenaipemberontakan PETA Blitar Jawa Timur, sebenarnya tidak hanya bicara mengenaisosok Supriyadi yang misterius. Seketika setelah pemberontakan berlangsungsebuah bendera (yang akhirnya kini menjadi bendera Republik Indonesia) warnamerah putih, berkibar di Blitar.
Adalah Parthohardjono (Tentara PETA Blitar), seorang yang dengan gagah beranimegibarkan merah putih di lapangan depan markas Tentara PETA Blitar. Tempatitu, kini masuk dalam kawasan taman makam pahlawan Raden Wijaya, kota Blitar,persis di seberang monumen PETA Blitar. Sebuah catatan menyebut, pascaproklamasi kemerdekaan, tahun 1946 Panglima Besar Jenderal Sudirman mengunjungitempat ini, sekaligus menyematkan karangan bunga.
Adalah Parthohardjono (Tentara PETA Blitar), seorang yang dengan gagah beranimegibarkan merah putih di lapangan depan markas Tentara PETA Blitar. Tempatitu, kini masuk dalam kawasan taman makam pahlawan Raden Wijaya, kota Blitar,persis di seberang monumen PETA Blitar. Sebuah catatan menyebut, pascaproklamasi kemerdekaan, tahun 1946 Panglima Besar Jenderal Sudirman mengunjungitempat ini, sekaligus menyematkan karangan bunga.
KUNJUNGAN JENDRAL SOEDIRMAN MONUMEN POTLOT ( JUNI,1946) |
PRASASTI POTLOT |
Parthohardjono, yang kala itutidak tinggal didalam asrama Tentara PETA Blitar (karena telah menikah),memilih tinggal indekos disebuah rumah tak jauh dari asrama. Bersama istrinya,berbulan – bulan memang telah menyiapkan kain merah (bekas kain penutup peti/kotak peluru/ amunisi) dan kain putih, bekas sarung bantal untuk akhirnyadijadikan bendera. Disimpan sangat hati – hati, agar tidak ketahuan tentaraJepang, akhirnya berhasil pula menyelundupkan bendera tersebut dan dibawapersis waktu malam pemberontakan.
Ketika pemberontakan berlangsung, ketika mortir diledakkan, ketika aba abakomando tanda mulainya pemberontakan di serukan oleh Supriyadi, malam itu KotaBlitar benar benar mencekam suasananya. Hiruk pikuk tentara PETA yang mulaimelakukan pemberontakan terhadap tuannya itu, makin membuat keberanianParthohardjono memuncak.
Ia menuju tiang bendera di sisiutara lapangan markas PETA Blitar. Dengan kidmad, sang saka merah putihdinaikkan. Dalam posisi siap tegak berdiri, Parthohardjono melakukan hormatbendera. Sesaat setelahnya, dia bersujud di tanah lapang itu, mencium tanah tigakali dengan mata berkaca – kaca haru, yakin bahwa malam itu Indonesia Merdeka. Keteranganini tidak saja termuat dalam buku sejarah pemberontakan PETA. Ini adalah sebuahketerangan yang disampaikan oleh menantu Parthohardjono, di Blitar. Di harituanya, Parthohardjono memilih untuk tetap menjadi rakyat biasa.Parthohardjono, lebih dikenal dengan nama sebutan Partho Wedhus. Wedhus adalahkambing dalam bahasa Jawa. Memang, dihari tuanya Parthohardjono, seringmembantu para petani dan tetangga desanya dengan menyumbangkan kambing untukditernak dengan sitem bagi hasil.
Sayang, hanya sebuah makam yangdapat saya temui. Yang tidak bisa bercerita langsung akan peristiwa heroik itu.Permintaan Partohardjono kepada putrinya kala itu, “ Jika waktunya tiba, aku jangandimakamkan di Taman Makam Pahlawan”. Makam Parthohardjono, sang pengibarbendera merah putih 14 Februari 1945 itu (6 bulan sebelum Proklamasi 17 Agustus1945) berada disebuah makam desa Bajang kecamatan Talun, kabupaten Blitar. Sebuah makam sederhana tanpa embel-embel PAHLAWAN.
Kemana merah putih yang telah berkibar pada 14 Februari 1945 itu, hingga kini tidak ada seorangpun yang mampumenunjukkannya.
Pengen lihat videonya klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar